“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri, atau duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi”.Demikian bunyi surah Ali Imron ayat 190-191
Ayat di atas
menjelaskan tentang kebesaran Allah; bahwa keberadaan dan kebesaran-Nya dapat
dibuktikan melalui adanya alam semesta. Orang-orang yang berakal (ulul
Albab/cendekiawan) yang disebutkan dalam ayat itu dapat membuktikan keberadaan
Allah melalui penelitian terhadap ciptaan-Nya. Sehingga tidak mengherankan,
tidak sedikit manusia yang pada mulanya berada dalam kejahiliyahan, akhirnya
memeluk Islam dan menjadi muslim yang teguh setelah menemukan kebenaran
pernyataan Alquran tentang tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta.
Dalam Alquran
sendiri, meski baru diturunkan 14 abad yang lalu, sudah banyak mengungkap
fakta-fakta alam semesta secara ilmiah. Satu persatu fakta-fakta itu
terbuktikan kebenarannya sehingga melahirkan beragam ilmu pengetahuan.
Pada abad modern
ini, pembuktian kebenaran Alquran banyak dilakukan oleh ilmuwan non-muslim.
Bahkan tidak sedikit di antara mereka akhirnya yang dengan keikhlasan mengucap
dua kalimat syahadat.
Ada banyak ilmuwan
dunia yang akhirnya mengakui kebenaran Alquran setelah melakukan penelitian di
bidangnya. Berikut 5 ilmuwan di antaranya yang dihimpun detikRamadan dari
berbagai sumber, Kamis (16/8/2012).
1.Maurice Bucaille,
masuk Islam karena jasad Fir’aun
Prof Dr Maurice
Bucaille adalah adalah ahli bedah kenamaan Prancis dan pernah mengepalai klinik
bedah di Universitas Paris. Ia dilahirkan di Pont-L’Eveque, Prancis, pada 19
Juli 1920. Kisah di balik keputusannya masuk Islam diawali pada tahun 1975.
Pada saat itu,
pemerintah Prancis menawari bantuan kepada pemerintah Mesir untuk meneliti,
mempelajari, dan menganalisis mumi Firaun. Bucaille lah yang menjadi pemimpin
ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian.
Ternyata, hasil
akhir yang ia peroleh sangat mengejutkan. Sisa-sisa garam yang melekat pada
tubuh sang mumi adalah bukti terbesar bahwa dia telah mati karena tenggelam.
Jasadnya segera dikeluarkan dari laut dan kemudian dibalsem untuk segera
dijadikan mumi agar awet. Namun penemuan yang dilakukan Bucaille menyisakan
pertanyaan: Bagaimana jasad tersebut bisa terjaga dan lebih baik dari
jasad-jasad yang lain (tengkorak bala tentara Firaun), padahal telah
dikeluarkan dari laut?
Bucaille lantas
menyiapkan laporan akhir tentang sesuatu yang diyakininya sebagai penemuan
baru, yaitu tentang penyelamatan mayat Firaun dari laut dan pengawetannya.
Laporan akhirnya ini dia terbitkan dengan judul ‘Mumi Firaun; Sebuah Penelitian
Medis Modern’, dengan judul aslinya, ‘Les Momies des Pharaons et la Midecine’.
Saat menyiapkan
laporan akhir, salah seorang rekannya membisikkan sesuatu di telinga Bucaille
seraya berkata: “Jangan tergesa-gesa karena sesungguhnya kaum Muslimin telah
berbicara tentang tenggelamnya mumi ini”.
Dia mulai berpikir
dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Bahkan, mumi
tersebut baru ditemukan sekitar tahun 1898 M, sementara Alquran telah ada
ribuan tahun sebelumnya.
Setelah perbaikan
terhadap mayat Firaun dan pemumiannya, Prancis mengembalikan mumi tersebut ke
Mesir. Namun, ia masih bertanya-tanya tentang kabar bahwa kaum Muslimin telah
saling menceritakan tentang penyelamatan mayat tersebut.
Dari sini kemudian
terjadilah perbincangan untuk pertama kalinya dengan peneliti dan ilmuwan
Muslim. Ia bertanya tentang kehidupan Musa as, perbuatan yang dilakukan Firaun,
dan pengejarannya terhadap Musa hingga dia tenggelam dan bagaimana jasad Firaun
diselamatkan dari laut.
Maka, berdirilah
salah satu di antara ilmuwan Muslim tersebut seraya membuka Alquran dan
membacakan untuk Bucaille firman Allah SWT yang artinya: “Maka pada hari
ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia
lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”(QS Yunus: 92).
Ayat ini sangat
menyentuh hati Bucaille. Ia mengatakan bahwa ayat Alquran tersebut masuk akal
dan mendorong sains untuk maju. Hatinya bergetar, dan getaran itu membuatnya
berdiri di hadapan orang-orang yang hadir seraya menyeru dengan lantang:
“Sungguh aku masuk Islam dan aku beriman dengan Alquran ini”.
2.Jacques Yves
Costeau, di lautan terdalam menemukan Islam
Mr Jacques Yves
Costeau adalah seorang ahli Oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis
yang lahir pada 11 Juni 1910. Sepanjang hidupnya ia menghabiskan waktu dengan
menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat film
dokumenter tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton oleh seluruh dunia
melalui stasiun tv Discovery Channel.
Pada suatu hari
ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba Costeau menemui
beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak
bercampur atau tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya.
Sehingga seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.
Fenomena ganjil itu
mendorongnya untuk mencari tahu penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di
tengah-tengah lautan.
Sampai pada suatu
hari ia bertemu dengan seorang profesor muslim dan menceritakan fenomena ganjil
itu kepadanya. Profesor tersebut lalu teringat ayat Alquran tentang bertemunya
dua lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan
Suez.
Ayat itu berbunyi: “Dia
membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya
ada batas yang tidak dilampaui masing-masing”.
Kemudian dibacakan
surat Al-Furqan ayat 53 : “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir
(berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan
Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”
Terpesonalah Mr
Costeau mendengar ayat-ayat Alquran itu, melebihi kekagumannya melihat
keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Costeau pun
berkata bahwa Alquran memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah,
yang seluruh kandungannya mutlak benar. Tak lama, Mr Costeau memeluk Islam.
3. Demitri Bolykov,
meyakini matahari akan terbit dari Barat
Sebagai seorang
ahli fisika asal Ukraina, Demitri Bolykov mengatakan bahwa pintu masuk ke Islam
baginya adalah fisika. Demitri tergabung dalam sebuah penelitian ilmiah yang
dipimpin oleh Prof Nicolai Kosinikov, yang juga merupakan pakar fisika.
Teori yang
dikemukan oleh Prof Kosinov merupakan teori yang paling baru dan paling berani
dalam menafsirkan fenomena perputaran bumi pada porosnya. Kelompok peneliti ini
merancang sebuah sampel berupa bola yang diisi penuh dengan papan tipis dari
logam yang dilelehkan, ditempatkan pada badan bermagnit yang terbentuk dari
elektroda yang saling berlawanan arus.
Ketika arus listrik
berjalan pada dua elektroda tersebut maka menimbulkan gaya magnet dan bola yang
dipenuhi papan tipis dari logam tersebut mulai berputar pada porosnya fenomena
ini dinamakan “Gerak Integral Elektro Magno-Dinamika”. Gerak ini pada
substansinya menjadi aktivitas perputaran bumi pada porosnya.
Pada tingkat
realita di alam ini, daya matahari merupakan “kekuatan penggerak” yang bisa
melahirkan area magnet yang bisa mendorong bumi untuk berputar pada porosnya.
Kemudian gerak perputaran bumi ini dalam hal cepat atau lambatnya seiring
dengan daya intensitas daya matahari.
Atas dasar ini pula
posisi dan arah kutub utara bergantung. Telah diadakan penelitian bahwa kutub
magnet bumi hingga tahun 1970 bergerak dengan kecepatan tidak lebih dari 10 km
dalam setahun, akan tetapi pada tahun-tahun terakhir ini kecepatan tersebut
bertambah hingga 40 km dalam setahun
Bahkan pada tahun
2001 kutub magnet bumi bergeser dari tempatnya hingga mencapai jarak 200 km
dalam sekali gerak. Ini berarti bumi dengan pengaruh daya magnet tersebut
mengakibatkan dua kutub magnet bergantian tempat. Artinya bahwa “gerak”
perputaran bumi akan mengarah pada arah yang berlawanan. Ketika itu matahari
akan terbit (keluar) dari Barat.
Ilmu pengetahuan
dan informasi seperti ini tidak didapati Demitri dalam buku-buku atau didengar
dari manapun, akan tetapi ia memperoleh kesimpulan tersebut dari hasil riset
dan percobaan serta penelitian.
Ketika ia menelaah
kitab-kitab samawi lintas agama, ia tidak mendapatkan satupun petunjuk kepada
informasi tersebut selain dari Islam. Ia mendapati informasi tersebut dari
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw
bersabda, “Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari Barat, maka
Allah akan menerima taubatnya.”
4. Dr.Fidelma
O’Leary, menemukan rahasia sujud dalam salat
Dr Fidelma, ahli
neurologi asal Amerika Serikat mendapat hidayah saat melakukan kajian terhadap
saraf otak manusia. Ketika melakukan penelitian, ia menemukan beberapa urat
saraf di dalam otak manusia yang tidak dimasuki darah. Padahal setiap inci otak
manusia memerlukan suplai darah yang cukup agar dapat berfungsi secara normal.
Penasaran dengan
penemuannya, ia mencoba mengkaji lebih serius. Setelah memakan waktu lama,
penelitiannya pun tidak sia-sia. Akhirnya dia menemukan bahwa ternyata darah
tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak manusia secara sempurna kecuali
ketika seseorang tersebut melakukan sujud dalam salat. Artinya, kalau manusia
tidak menunaikan ibadah shalat, otak tidak dapat menerima darah yang secukupnya
untuk berfungsi secara normal.
Rupanya memang urat
saraf dalam otak tersebut hanya memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu
saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat otak dengan mengikuti waktu
salat.
Dengan kata lain,
sujud yang tumakninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan. Karena posisi sujud
akan mengalirkan darah yang kaya oksigen secara maksimal dari jantung ke otak.
Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang.
Setelah penelitian
mengejutkan tersebut, Fidelma mencari tahu tentang Islam melalui buku-buku
Islam dan diskusi dengan rekan-rekan muslimnya. Setelah mempelajari dan
mendiskusikannya, ia malah merasa bahwa ajaran Islam sangat logis. Hatinya
begitu tenang ketika mengkaji dan menyelami agama samawi ini.
5. Profesor
William, menemukan tumbuhan yang bertasbih
Sebuah majalah
sains terkenal, Journal of Plant Molecular Biologies, mengungkapkan hasil
penelitian yang dilakukan sebuah tim ilmuwan Amerika Serikat tentang suara
halus yang tidak bisa didengar oleh telinga biasa (ulstrasonik), yang keluar
dari tumbuhan. Suara tersebut berhasil disimpan dan direkam menggunakan alat
perekam canggih.
Dari alat perekam
itu, getaran ultrasonik kemudian diubah menjadi menjadi gelombang elektrik
optik yang dapat ditampilkan ke layar monitor. Dengan teknologi ini, getaran
ultrasonik tersebut dapat dibaca dan dipahami, karena suara yang terekam
menjadi terlihat pada layar monitor dalam bentuk rangkaian garis.
Para ilmuwan ini
lalu membawa hasil penemuan mereka ke hadapan tim peneliti Inggris di mana
salah seorangnya adalah peneliti muslim.
Yang mengejutkan,
getaran halus ultrasonik yang tertransfer dari alat perekam menggambarkan
garis-garis yang membentuk lafadz Allah dalam layar. Para ilmuwan Inggris ini
lantas terkagum-kagum dengan apa yang mereka saksikan.
Peniliti muslim ini
lalu mengatakan jika temuan tersebut sesuai dengan keyakinan kaum muslimin
sejak 1400 tahun yang lalu. Para ilmuwan AS dan tim peneliti Inggris yang
mendengar ucapan itu lalu memintanya untuk menjelaskan lebih dalam maksud yang
dikatakannya.
Sang peneliti muslim
kemudian membaca ayat dalam Alquran yang berbunyi:
“Bertasbih
kepada-Nya langit yang tujuh, dan bumi (juga), dan segala yang ada di dalamnya.
Dan tidak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu
tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun, lagi Maha
Pengampun,” (QS Isra: 44).
Setelah menjelaskan
tentang Islam dan ayat tersebut, sang peneliti muslim itu memberikan hadiah
berupa mushaf Alquran dan terjemahanya kepada Profesor William, salah satu
anggota tim peneliti Inggris.
Selang beberapa hari setelah peristwa itu, Profesor William berceramah di
Universitas Carnegie Mellon. Ia mengatakan:
“Dalam hidupku, aku
belum pernah menemukan fenomena semacam ini selama 30 tahun menekuni pekerjaan
ini, dan tidak ada seorang ilmuwan pun dari mereka yang melakukan pengkajian
yang sanggup menafsirkan apa makna dari fenomena ini. Begitu pula tidak pernah
ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya. Akan tetapi, satu-satunya
tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam Alquran. Hal ini tidak memberikan
pilihan lain buatku selain mengucapkan Syahadatain,” demikian ungkapan William.
Sumber